Rabu, 03 Mei 2023

SEJARAH HARI PENDIDIKAN NASIONAL

 



SEJARAH HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Nurlaila Tussubha, S.PdI., M.Pd

Guru TK Kota Padang Panjang

           

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari yang menjadi cermin kemajuan pendidikan di negara tercinta ini. Pandemi Covid-19 memberi pelajaran yang sangat berharga untuk merefleksi keberhasilan Pendidikan di Indonesia.

Dinamika tumbuh kembang pendidikan di Indonesia memiliki sejarah panjang dan melahirkan para pemimpin dan tokoh bangsa yang berkarakter dan disegani.  Adanya Dayah di Aceh, Surau dan Perguruan Islam seperti Thawalib dan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang di Sumatera Barat, Pesantren di Jawa, sekolah perempuan yang didirikan RA Kartini, Ins kayu Tanam, serta lembaga pendidikan yang lain kala itu.

Pasa masa pemerintahan Hindia Belanda, kebijakan mendapatkan pendidikan bersekolah hanya diperuntukkan bagi keturunan Belanda dan kaum bangsawan atau priyai. Keadaan ini mengusik sang pemuda keturunan bangsawan bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Nama beliau pun ditukar agar lebih merakyat dan lebih terkenal dengan Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia mendapat pendidikan yang lebih maju. Kecerdasan dan kepedulian terhadap bangsanya menggugah Ki Hajar untuk mengkritik dan menentang kebijakan pendidikan kepada pemerintah saat itu.

            Akibat keberanian melawan ketidakadilan terhadap kaum pribumi dalam hal pendidikan, ia di asingkan ke negeri Belanda. Sepulang dari pengasingan, Ki Hajar terus memfokuskan perhatiannya ke dunia pendidikan. Pengalaman beliau di negeri kincir angin menambah kuat untuk memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Ki Hajar mendirikan sebuah lembaga pendidikan pada tanggal 3 juli 1922 dengan nama Taman Siswa. Sekolah ini untuk memajukan kaum pribumi agar tidak lagi terjajah dalam pendidikan dan kebudayaan dan dapat meraih kemerdekaan Indonesia.

Gagasan Ki Hajar secara langsung diejawantahkan di Taman Siswa. Ide-ide cemerlang beliau diabadikan dalam karya besar tulisan beliau, yang saat ini dibangkitkan dan disemarakkan kembali.

Ki Hajar meninggal dunia pada tanggal 26 april 1959. Untuk mengenang jasa beliau akan perubahan besar Pendidikan di Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959, tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur. maka hari kelahiran beliau 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Menurut Ki Hajar dewantara, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat (KHD, 136. Dasar-Dasar Pendidikan, Hal. 1. Paragraph 4).

Jelaslah terdapat perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin. Sedangkan pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrument tumbuhnya unsur peradaban.

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tahun ini adalah “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”. Tema ini menguatkan program pemerintah tentang kurikulum merdeka dan merdeka belajar, yang sedang digalakkan dan harus mendapat dukungan dari pemerintah daerah, orang tua / keluarga dan masyarakat.

Merdeka belajar sebagai refleksi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakukanya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Seorang pendidik hendaknya dapat ngemong anak didiknya. Karena itu Ki Hajar mencetuskan trilogi pendidikan yaitu Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Terdapat dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara untuk para pelaku pendidikan. Hendaklah para pendidik memperhatikan: kodrat anak, kebutuhan anak adalah bermain, berpihak pada anak bukan menurut kemauan pendidik, anak bukan seperti kerta putih (tabularasa), pendidikan membentuk budi pekerti/watak/karakter (bersatunya /harmonisasi antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbukan tenaga/semangat atau keselarasan hidup).

Terakhir adalah pendidik itu ibarat petani. Jika petani menanam jagung, akan tumbuh jagung. Tidak mungkin akan berbuah durian. Petani hanya dapat menunun tumbuhnya padi, dengan memberi pupuk, mencukupi kebutuan air, membasmi dari hama dan gangguan. Begitu juga pendidik, tidak memaksa anak yang harus memiliki kemapuan yang sama sedangkan tempat tinggal, pengaruh, zaman dan budaya berbeda.

Jasa besar Ki Hajar Dewantara itulah, maka hari lahir beliau dijadikan sebagai hari Pendidikan Nasional. Setiap guru hendaknya menjadi bagian dari transformasi pendidikan, menjadi agen perubahan dalam memajukan pendidikan Indonesia. Memajukan anak bangsa yang merdeka dan berbudi pekerti memiliki profil pelajar Pancasila.

Merdeka belajar bukan menafikan jasa para guru dalam sejarah pendidikan yang telah ada. Akan tetapi menyempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan alam.

Koran Singgalang, 3 mei 2023

(Terimakasih tiada hingga. Semoga energi Ramadhan terus menyinari. Ramadhan bulan literasi. Meski raga terbelenggu, namun inspirasi jiwa kan terus menggapai cakrawala).

 

1 komentar:

  1. harapan cemerlang tergambar melalui setiap ketukan keyboard rangkaian kata yang di tuliskan oleh ibu Nurlaila Subha

    BalasHapus