MEMBENTUK
KEPRIBADIAN CEMERLANG
LEBIH
AWAL
Anak
adalah amanah Allah kepada orang tua. Ia lahir dalam keadaan bersih, siap untuk
dibentuk seperti apapun sesuai dengan kehendak orang tuanya. Ibarat kertas
masih putih, tergantung apa yang akan ditorehkan diatasnya, warna apa yang
diinginkannya. Sesuai dengan hadits, dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW
bersabda:
،
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
" كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ،
Artinya:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang
bertanggungjawab
membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhori :
1385)".
Pada
hakikatnya pendidikan berawal dari sejak calon suami dan calon istri menentukan
pasangannya, dalam hal kualitas keimanan, nasab, ilmu dan ketampanan/kecantikannya,
serta pengamalan ilmu-ilmu agama dalam rumah tangga. Sejak janin dalam
kandungan, ibu dan bapak sebaiknya selalu mendekatkan diri kepada Allah, dan
menjaga kekhalalan makanan yang dikonsumsinya.
Manusia
adalah makhluk yang sangat unik. Dilahirkan dalam kondisi tak berdaya, belum
mengetahui apa-apa. Allah membekalinya dengan segala yang dibutuhkan kelak
dalam hidupnya, berupa seluruh anggota badan, panca indra, hati dan akal
pikiran. Rangsangan pada awal kehidupan memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap anak, dan akan diserap dan tersimpan melalui pendengaran, penglihatan
hati dan indranya. Allah berfirman dalam Al Quran surat An-Nahl yang
Artinya : " Dan, Allah yang mengeluarkan
kamu dari perut ibumu, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (QS an-Nahl: 78)"
Seorang
anak yang pada awal kehidupannya diperdengarkan kalimat-kalimat yang baik,
berupa adzan dan iqamah, bunyi bunyi dan alunan suara yang halus, lembut dan
merdu, melihat sesuatu yang berwarna-warni, bergerak kesana dan kemari, merah,
kuning hijau dan sebagainya, akan tersimpan dalam otak dan dapat mengembangkan
kemampuan syaraf. Lebih dari itu ia akan
memengaruhi hati manusia menjadi lembut, bersih dan cemerlang.
Untuk
itu, dalam pemberian seluruh rangsangan pendidikan, hendaknya selalu mengacu
kepada pengenalan dan kesadaran beragama. Agama yang mulia kita yakini adalah
agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi pada anak.
Tokoh
pendidikan pra sekolah, Frobel, menyatakan bahwa imajinasi merupakan dunia
anak. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak.
Misalnya, penggaris yang dipegangnya dapat dianggap sebagai pesawat terbang. Ia
juga mencipta kotak kubus yang terdiri dari balok kubus kecil-kecil dan
kemudian berkembang menjadi susunan balok yang beraneka bentuk dan ukuran. Yang
perlu diperhatikan adalah kita dapat memperlihatkan kepada anak adanya hubungan
antara satu dan balok berikutnya.
Sedangkan
Montessori (1966) menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang
anak untuk menyenangi pembelajarannya. Bermain dengan media permainan yang
dipersiapkan punmenjadi penting seperti yang juga ditekankan oleh Mayke (1995),
Mayke menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak
untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi,
mempraktekkan dan mendapatkan bermacam macam konsep serta pengertian yang tidak
terhitung banyaknya. Disinilah proses pembelajaran terjadi. Mereka mengambil
keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang membongkar, mengembalikan,
mencoba, mengeluarkan pendapat, dan memecahkan masalah, mengerjakan secara
tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan.
Menurut
Jane M. Healy, Ph.D (1994) menyatakan jaringan serabut saraf akan terbentuk
apabila ada kegiatan mental yang aktif dan menyenangkan bagi anak. Kualitas
otak tergantung pada pola pengembangan minat, keterlibatan aktif dari anak, dan
rangsangan yang beragam. Dari sini kita mengerti arti penting sarana dan alat
bermain serta penggunaan sumber belajar.
Clare
Cherry, Direktur Congregation Bernama El Experimental Nursery School and
Kindergarten San Bernardino California, mengemukakan tentang fungsi otak yang
dibedakan menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan.
Adapun perbedaan fungsi kedua belahan itu adalah sebagai berikut:
Fungsi Belahan Otak Kiri:
1.
Berminat pada fakta.
2.
Senang akan keteraturan, misal menaruh
barang pada tempatnya.
3.
Menjelaskan pikiran secara verbal
4.
Menggunakan contoh-contoh yang faktual
Fungsi Belahan Otak Kanan:
1.
Berminat pada berbagai kemungkinan
2.
Suka menemukan sesuatu yang baru
3.
Menjelaskan dengan banyak gerakan
4.
Menggunakan conto-contoh yang penuh imajinasi.
Fungsi
belahan otak kanan lebih dominan pada anak usia dini. Berimajinasi selain
diminati anak juga dapat membantu mengembangkan kecerdasannya.
Adapun
hubungan bermain dengan pendidikan anak usia dini sangat erat karena bermain
adalah dunia anak. Untuk membentuk kepribadian cemerlang lebih awal, maka seluruh proses harus dilakukan melalui bermain.
Untuk
itu mengingat begitu pentingnya bermain dalam usia dini, maka bagaimana kiat
para orang tua dan pendidik menjadikan bermain menjadi unsur positif sehingga
menjadi pembelajaran yang maksimal.
Bagaimana
sebaiknya peran kita? Menurut Hughes seorang pengajar dari University of
Wisconsin Green Bay menyatakan lima pandangan utama tentang peran kita ketika anak sedang bermain :
1.
Partisipasi aktif dari orang tua, guru, dan
pendamping
2.
Kita berperan sebagai fasilitator
3.
Intonasi yang tidak meninggi dan berbicara
dengan lembut
4.
Ketika berkomunikasi dengan anak, kita perlu
memperhatikan bahasa tubuh mereka
5.
Setiap anak memiliki keunikan tersendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar