Minggu, 21 Juni 2020

TIPS MENGHADAPI PEMBELAJARAN DI RUMAH


SEPULUH TIPS ORANG TUA MENGHADAPI PEMBELAJARAN DI RUMAH
BAGI ANAK TK DALAM PERSIAPAN MASUK SD DI TENGAH PANDEMI

Nurlaila Tussubha, S.PdI
Guru TK & Pengurus PGRI Kota Padang Panjang
                                                                                                          
            “Bu, anak saya tidak mau belajar di rumah”.
           “Bu, emosi saya naik saat mengajar anak di rumah. Baru saja mulai, mata anak sudah kemana-mana. Sepertinya sudah resah mau lari”.

          Beberapa orang tua walimurid datang ke sekolah untuk menunaikan kewajibannya memberikan sumbangan pembinaan pendidikan. Mereka menyadari meskipun anaknya tidak ke sekolah namun para guru tetap memberikan perhatian memberikan permainan dan pembelajaran. Guru menyapa anak, mengirimkan voice note berupa pesan suara asli guru, tentang lagu anak, doa harian, pembacaan surat dalam juz Amma, menanggapi anak memnbaca iqra’, bercerita, ada juga membaca buku dan nasehat lainnya melalui HP. Ada juga foto dan video untuk menstimulasi perkembangan dan kreativitas anak.

Tidak hanya membayar uang sekolah saja, orang tua juga ada yang menanyakan bagaimana kegiatan akhir tahun anak di TK. Mengingat ada foto kakak, abang, saudara dan tetangga mereka memiliki pengalaman mengikuti perpisahan di TK. Pucuk dicinta ulam pun tiba, pertanyaan itu muncul disaat sekolah dan yayasan sedang memusyawarahkan bagaimana pelaksanaan akhir tahun, karena corona maka kegiatan di tunda. Meskipun singkat, namun berkesan bagi anak, dan tidak menyalahi aturan PSBB. Ternyata Negara sampai ke daerah mengakhiri PSBB dan telah memberlakukan tatanan kelazimzn baru. Maka acara tetap akan selenggarakan, namun tanpa ada orang tua.

Ada pendapat yang membuat hati bu guru tersentuh, yaitu adanya beberapa orang tua yang menyampaikan keluhannya menghadapi anak belajar di rumah. Bukan saja seperti yang tersebut di atas, namun ada yang jujur dari hati dengan menyampaikan, “Bu, biarlah saya mengerjakan apa saja, asal jangan jadi guru anak di rumah.” Padahal guru utama dan pertama adalah orang tua.

“Bu, anak saya sering berantem dengan adeknya. Setiap sesudah saya menegurnya, anak saya diam saja. Sorot matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam, tanpa bicara sama sekali, seperti orang yang memikirkan sesuatu. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan, Khawatir juga saya, bu.” Ada lagi anak yang lebih suka pergi kerumah nenek dan belajar menulis dan berhitung, karena ada teman belajar, yaitu kakak sepupunya.

“Bu, anak saya pernah bilang, apa mama tidak sayang lagi sama Andi (nama samaran). Sedih juga saya menedengarnya, bu. Apa nanti tidak ada pengaruh, bu?”

            Ada lagi cerita salah seorang walimurid yang sangat berbeda dengan cerita di atas. Ia menyampaikan, “Alhamdulillah bu, anak saya aman, semangat bermain dan suka belajar di rumah. Mungkin karena uminya tidak kerja di luar. Enam bulan tamat TK. Belajar membaca permulaan, berhitung dan tahfiz.” Sambil tersenyum bahagia.

Sebenarnya tidak sedikit orang tua yang merasa kesulitan mengajar anak TK di rumah. Cara mengajar anak usia dini tidak sama dengan cara mengajar orang dewasa, yang mungkin hanya diberi tugas, kadang dipaksa, mungkin juga ada yang dimarahi, mereka dapat menerima resiko sendiri. Mengajar anak usia dini membutuhkan kiat jitu. Apalagi anak TK, yang merupakan transisi dari Play Group ke Sekolah Dasar.

Berdasar beberapa cerita di atas menunjukkan bahwa setiap anak memiliki kekhasan tersendiri, keunikan dan karakter yang berbeda-beda. Namun terdapat hal yang sama, yaitu dalam hal kebutuhan bermain. Dunia anak usia dini adalah bermain. Bahkan mungkin sebagian besar waktunya untuk bermain. Seorang filsuf yunani, Plato adalah orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya bermain bagi anak. Jadi anak TK , prinsipnya adalah bermain sambil belajar, dan belajar melalui bermain.

Bermain memberikan pengalaman yang sangat berguna bagi anak di kemudian hari. Melalui bermain anak-anak juga belajar. Menurut Singer (dalam Suryana, 2018) bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunia, dapat mengembangkan kreativitas, dan mengembangkan kompetensi dalam kehidupan anak. Dengan demikian bermain dapat dijadikan sebagai media untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, keterampilan dan kemampuan tertentu.

Diantara tips bagi orang tua dalam pembalajaran di rumah menghadapi anak TK yang akan masuk SD adalah:

Pertama. Jadilah orang tua sebagai teman yang baik bagi anak. Kenalilah teman dan kesukaan anak. Terimalah anak apa adanya sebagaimana teman menerimanya. Dengarlah ceritanya, tanggapilah keluh kesahnya. Sediakan waktu khusus untuk anak, agar mereka merasa dihargai dan diharapkan. Misalkan sesudah shalat fardhu berjamaah, sesudah mengaji, atau sesudah makan bersama.

Kedua. Berilah kesempatan anak bermain bebas. Ajak anak bersepakat kapan waktunya bermain bebas, baik bersama kawan atau bermain sendiri di rumah. Lalu sepakati bersama kapan waktu untuk bermain dan belajar bersama mama.

Ketiga. Sediakanlah alat yang lain untuk adeknya jika kakak atau abangnya akan belajar, atau cari waktu yang tepat saat adek istirahat tidur, atau papanya membawa adek bermain.

Keempat. Ciptakan suasana belajar seasyik bermain. Lakukan pendekatan melalui bermain bersama anak. Jika anak dipaksa untuk serius belajar, maka anak akan kesulitan menyerap pelajaran, akan tetapi jangan pula dibiarkan bermain berlebihan. Agar suasana belajar seasyik bermain, dapat dilakukan dengan bercerita, tebak-tebakan, membaca buku, siapa yang menang mendapat hadiah berupa pelukan, pujian atau bernyanyi dan sebagainya.

Kelima. Rangsanglah kemampuan literasi dan numerasi sebegaimana yang disampaikan mas Menteri Nadiem. Kemampuan literasi anak berupa mendengar, bercerita, atau membaca keadaan dan mengungkapkan dalam bentuk tulisan sederhana atau gambar sesuai anak usia dini. Caranya yaitu, kenalkan berbagai macam benda, sebutkan dengan jelas nama benda, perbedaan dengan benda lain, dan gunanya. Sebutkan bunyi huruf awal dengan jelas. Misal; air, api, ayah, Allah, bunga, bulan, badut, bola dan sebagainya. Lalu, biasakan mengenalkan huruf dan membaca permulaan. Membaca kata yang dekat dengan anak; misalkan mama, papa, ini roti, bola dan lain-lain. Sambil bermain memanfaatkan kotak atau kardus bekas. Misalkan kotak sabun, kotak odol, atau kotak makanan. Ajaklah anak menggunting huruf, menyusun seperti semula, lalu membaca kembali atau membentuk kata yang baru, meniru menulis kata yang tersusun atau menggambarnya.

Keenam. Kemampuan numerasi dengan cara mengenalkan matematika awal dan memahami suatu konsep sebab akibat atau masalah sederhana. Mengenalkan cara menghitung yang benar dan berurutan satu-demi satu. Mengenal lambang bilangan, dan konsep bilangan yang benar. Misal, menghitung permen yang dimakan, lalu dibagi dengan adik. Menghitung huruf dalam kata, mengukur panjang sayur yang dipotong saat memasak. Dapat juga langsung dimasukkan karakter, berbagi sama banyak dengan adek, bolehkah mengambil milik adek tanpa minta izin, dan lain-lain. 

Ketujuh. Persiapkan mental anak untuk masuk SD. Bagaimana berkenalan dan bersikap menyayangi teman yang berasal dari TK lain. Sampaikan kiat melihat dan menghadapi kakak atau abang yang lebih besar di kelas yang lebih tinggi. Apa yang boleh ditirukan dan tidak boleh ditirukan. Ceritakan kesuksesan anak yang rajin belajar, juga akibat anak yang malas belajar.

Kedelapan. Jangan memaksa anak, apalagi memarahi anak. Anak yang jiwanya tertekan, mereka sulit untuk fokus, menghilangkan minat belajar dan mungkin akan menjauh dari orang tua. Kemungkinan bisa terjadi anak akan menyimpan rasa kesal dan dendam yang terselubung. Akan lebih berbahaya jika anak tidak menyukai belajar, karena ia menganggap belajar itu menyakitkan. Jadi, ciptakan suasana bahagia bagi anak saat belajar.

Kesembilan. Hendaklah orang tua memperhatikan anak bermain gadget atau HP dan menonton TV. Sebaiknya anak tidak dibiarkan bermain HP. Jangan sampai orang tua berprinsip dari pada anak menangis, daripada anak mengganggu bekerja, biarlah main HP, atau menonton TV terus-menerus. Aturlah waktu kapan dan berapa lama. Apa-apa saja yang boleh ditonton anak. Dampingilah anak dalam menonton HP maupun TV.

Kesepuluh. Jalinlah komunikasi dengan guru di TK, untuk mendapatkan kiat bermain sambil belajar dengan anak. Sampaikan pula karakter anak kepada guru SD, agar guru mengenal anak dan memberikan perhatian sesuai dengan kebutuhan anak.


Koran Singgalang, Selasa, 16 Juni 2020


2 komentar: