Senin, 15 Juni 2020

SUARA GURU TK SAAT PANDEMI COVID-19


SUARA GURU TK SAAT PANDEMI COVID-19
            Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini belum berakhir. Dampak dari pandemi tersebut telah merubah hampir seluruh sektor kehidupan. Bukan saja sektor kesehatan, perekonomian, keamanan, namun juga pendidikan. Keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyat harus diperhatikan. Kesehatan para siswa dan guru harus diutamakan, namun pendidikan juga harus tetap berjalan.
Proses pembelajaran jarak jauh belajar dari rumah (learn from home) dan mengajar juga dari rumah (work from home) telah merubah mind set tentang pendidikan. Pendidikan tidak harus terjadi di sekolah. Pendidikan dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Sebagaimana pendapat Ki Hajar Dewantara, “jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang sebagai guru.
Memasuki era revolusi industry 4.0, guru dituntut untuk mengikuti perkembangan dan melek teknologi. Guru harus membuka diri untuk menambah wawasan tentang digital literasi, yaitu kemampuan guru untuk menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi, baik laptop, komputer maupun android. Tanpa digital literasi yang cukup, maka guru akan tertinggal, dan tak dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal.
Pandemi covid-19 memaksa guru harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran secara online menjadi suatu keniscayaan. Berbagai materi pembelajaran dan tugas dilakukan secara online, dan ditanggapi oleh siswa secara online pula.
Di era pandemi ini, bukan guru saja yang dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi untuk pembelajaran. Orang tua pun saat ini diharapkan dapat memahami keadaan dan membantu pelaksanaan pembelajaran dengan baik dari rumah. Agar anak didik dapat menerima, dan memahami pelajaran yang diberikan. Bagi orang tua yang mampu harus rela meminjamkan HP atau gadgetnya untuk anak, menyediakan kuota internet bahkan harus bersedia mendampingi anak agar bisa mengikuti belajar dan melaksanakan tugas dengan baik.
Pada hakekatnya pembelajaran jarak jauh tidak hanya menuntut anak mengerjakan tugas yang menumpuk dari guru.  Namun lebih kepada pembelajaran yang bermakna dalam hidup sehari-hari dan dapat menjaga agar anak tetap mengasah daya pikir dan daya kreativitasnya. Berbagai srtrategi dilakukan guru untuk mengajar dengan baik secara online.
Bagi siswa yang orang tuanya tidak memiliki alat atau gadget, guru harus merancang strategi tersendiri. Mengambil langkah bijak dengan berbagai pendekatan agar dapat memberikan yang termudah dan terbaik untuk anak murid. Karena guru harus memberikan hak belajar kepada setiap siswa. Fenomena ini menjadi perhatian berbagai pihak baik pemerintah maupun organisasi yang terkait.
Revolusi industry 4.0. telah digaungkan. Namun sistim pembelajaran saat pandemi ini, belum dipersiapkan. Maka wajar jika pembelajaran online belum maksimal, khususnya di TK.
Berdasarkan pengamatan dan informasi dari beberapa guru, bahwa sebagian guru tingkat SD, SLTP/MTs, SLTA/Ma, melaksanakan pembelajaran online melalui berbagai media. Media tersebut berupa WA, kelas maya rumah belajar, google classroom, kahoot, quizizz, google form, yang disimpan dalam google drive, youtube, google meet dengan aplikasi zoom, maupun webex. Bahkan ada guru yang mendatangi rumah muridnya untuk menunjukkan cara membuka aplikasi zoom agar dapat menerangkan pembelajaran seperti bertatap muka di kelas.
Anak-anakpun berusaha sebisa mungkin mengikuti aturan belajar dari rumah. Ada anak yang belajar di rumah saja, ada juga yang menumpang belajar dirumah kawan, karena tidak punya Hp. Orang tua muridpun ada yang berusaha semaksimal mungkin membantu anaknya belajar agar mendapat ilmu, nilai yang baik dan tidak tertinggal. Ada yang sebisa mungkin mengutamakan membeli paket internet, ada juga yang meminjam HP saudara. Bagi siswa yang telah mampu membaca, belajar memahami, mengaplikasikannnya sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, tentu pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.
Namun kondisi tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh oleh guru anak Taman Kanak-kanak, yaitu anak  usia 4 sampai 6 tahun. Dapat dilihat dari beberapa suara guru TK.
Permendikbud No 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD, menyatakan bahwa  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enama (enama) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Layanan PAUD untuk usia 4 sampai 6 tahun terdiri atas TK (Taman Kanak-kanak), RA (Raudhatul Athfal)/BA (Bustanul athfal)  dan yang sederajat. Setamat dari TK, anak akan melanjutkan ke SD, Dengan demikian kurikulum TK menyiapkan anak untuk masuk SD.
Menurut pendapat sebagian guru TK, pembelajaran saat pandemi ini antara lain adalah; 1) Sebagian guru TK melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun sejak awal tahun pembelajaran. 2) Sebagian besar kelompok/kelas di TK telah memiliki paguyuban dalam group WA, maka pembelajaran melalui WA berupa pesan tertulis, voice note (pesan suara), foto, video. Ada juga yang melalui youtube. Ada juga beberapa yang menggunakan zoom, namun hanya beberapa karena tergantung dari kompetensi digital guru dan kesiapan orang tua. 3) Sebagian guru TK telah memberikan lembaran kerja anak, buku gambar dan buku tulis, crayon, spidol, untuk dibawa pulang dan dikerjakanny di rumah, 4) Dalam menghadapi era revolusi industry 4,0, belum semua guru TK mampu mengoperasikan penggunakan teknologi berupa HP, Laptop maupun computer untuk pembelajaran secara online. 5) Sebagian guru TK memperoleh literasi digital secara otodidak, ada yang belajar dengan kawan dan ada pula yang masih awam. Para guru TK berharap agar mendapatkan pelatihan berupa literasi digital.
Sedangkan proses pembelajaran online di TK mayoritas masih menemui kendala. Pada awal pembelajaran secara online, respon dari anak maupun orang tua sangat menggembirakan. Sekitar 75 % dari jumlah murid dalam satu kelas semangat mengikuti. Tidak semua orang tua yang masuk dalam group WA memberikan respon sesuai yang diharapkan. Kendala awal diantaranya, karena kesibukan, karena ekonomi, “lebih baik membeli minyak atau beras dari pada membeli paket internet”. Ada juga orang tua menganggap tidak belajar tidak masalah karena anak masih TK, biarkan saja bermain. Sebagaimana kata mas Menteri Nadiem, berikanlah kesempatan bermain bagi anak usia dini dengan cukup.
Setelah berjalan beberapa minggu, hampir seluruh anak mengikuti pembelajaran online. Anak memberikan respon dengan memberikan hasil karya, suara membaca doa, video, menyanyi atau tahfiz, sesuai kesempatan mereka. Meskipun telah disampaikan aturan, namun tetap saja anak kapan mau, mengirim kepada guru, dan gurupun tetap memberikan apresiasi.  Karena kondisi anak dan orang tua terkadang memaksa guru harus menerima.
Pada pembelajaran bulan berikutnya dan memasuki Romadhan, jumlah keikutsertaan anak belajar dan respon orang tua mulai menurun. Lama kelamaan hanya beberapa anak yang aktif mengikuti pembelajaran. Alasan umumnya adalah, anak sudah bosan, anak tidak mood, dan orang tua pun memiliki kesibukan sendiri.
Guru TK pun mulai mengalami kegalauan dalam memberikan evaluasi dan penilaian hasil belajar dalam laporan perkembangan anak. Mengingat, pembelajaran pada anak TK bukanlah sekedar baca tulis dan hitung, dengan nilai berupa angka 7 atau 8. Tapi lebih kepada pembelajaran penanaman karakter. Karakter harus ditanamkan sejak usia dini. Karakter mendengar dengan baik, disiplin waktu, mandiri, tanggung jawab, mengetahui haknya, menghormati guru dan orang tua, peduli dan respek terhadap keadaan, berbicara tidak berteriak, sabar dan antri serta karakter lain. Penanaman karakter membutuhkan peran aktif dari orang tua.
Pembelajaran di TK dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar, dan belajar melalui bermain. Yang harus diutamakan bagi anak usia dini saat ini adalah menjaga kesehatan. Akan tetapi, anak TK akan memasuki jenjang SD (Sekolah Dasar) maka belajar mulai dibiasakan. Porsi belajar harus lebih besar daripada bermain. Namun demikian pembelajaran tetap harus melalui bermain.

Apakah tahun ajaran baru anak TK masih belajar melalui online? Beberapa orang tua banyak yang ragu akan memasukkan anak masuk TK. Harapan kita bersama semoga ratu corona segera sirna. Pembelajaran kembali normal seperti sedia kala. Salam generasi Emas.

Koran Padang Ekspres, Selasa. 16 Juni 2020

2 komentar: