SUARA GURU TK SAAT PANDEMI COVID-19
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia
saat ini belum berakhir. Dampak dari pandemi tersebut telah merubah hampir
seluruh sektor kehidupan. Bukan saja sektor kesehatan, perekonomian, keamanan,
namun juga pendidikan. Keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyat harus
diperhatikan. Kesehatan para siswa dan guru harus diutamakan, namun pendidikan
juga harus tetap berjalan.
Proses
pembelajaran jarak jauh belajar dari rumah (learn from home) dan
mengajar juga dari rumah (work from home) telah merubah mind set tentang
pendidikan. Pendidikan tidak harus terjadi di sekolah. Pendidikan dapat
dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Sebagaimana pendapat Ki
Hajar Dewantara, “jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan setiap orang
sebagai guru.
Memasuki
era revolusi industry 4.0, guru dituntut untuk mengikuti perkembangan dan melek
teknologi. Guru harus membuka diri untuk menambah wawasan tentang digital
literasi, yaitu kemampuan guru untuk menggunakan media teknologi informasi dan
komunikasi, baik laptop, komputer maupun android. Tanpa digital literasi yang
cukup, maka guru akan tertinggal, dan tak dapat memanfaatkan teknologi secara
maksimal.
Pandemi
covid-19 memaksa guru harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran secara
online menjadi suatu keniscayaan. Berbagai materi pembelajaran dan tugas
dilakukan secara online, dan ditanggapi oleh siswa secara online pula.
Di era
pandemi ini, bukan guru saja yang dituntut untuk mengikuti perkembangan
teknologi untuk pembelajaran. Orang tua pun saat ini diharapkan dapat memahami
keadaan dan membantu pelaksanaan pembelajaran dengan baik dari rumah. Agar anak
didik dapat menerima, dan memahami pelajaran yang diberikan. Bagi orang tua
yang mampu harus rela meminjamkan HP atau gadgetnya untuk anak, menyediakan
kuota internet bahkan harus bersedia mendampingi anak agar bisa mengikuti
belajar dan melaksanakan tugas dengan baik.
Pada
hakekatnya pembelajaran jarak jauh tidak hanya menuntut anak mengerjakan tugas
yang menumpuk dari guru. Namun lebih
kepada pembelajaran yang bermakna dalam hidup sehari-hari dan dapat menjaga
agar anak tetap mengasah daya pikir dan daya kreativitasnya. Berbagai srtrategi
dilakukan guru untuk mengajar dengan baik secara online.
Bagi siswa
yang orang tuanya tidak memiliki alat atau gadget, guru harus merancang
strategi tersendiri. Mengambil langkah bijak dengan berbagai pendekatan agar
dapat memberikan yang termudah dan terbaik untuk anak murid. Karena guru harus
memberikan hak belajar kepada setiap siswa. Fenomena ini menjadi perhatian
berbagai pihak baik pemerintah maupun organisasi yang terkait.
Revolusi
industry 4.0. telah digaungkan. Namun sistim pembelajaran saat pandemi ini,
belum dipersiapkan. Maka wajar jika pembelajaran online belum maksimal,
khususnya di TK.
Berdasarkan
pengamatan dan informasi dari beberapa guru, bahwa sebagian guru tingkat SD,
SLTP/MTs, SLTA/Ma, melaksanakan pembelajaran online melalui berbagai media.
Media tersebut berupa WA, kelas maya rumah belajar, google classroom, kahoot,
quizizz, google form, yang disimpan dalam google drive, youtube, google meet
dengan aplikasi zoom, maupun webex. Bahkan ada guru yang mendatangi rumah
muridnya untuk menunjukkan cara membuka aplikasi zoom agar dapat menerangkan
pembelajaran seperti bertatap muka di kelas.
Anak-anakpun
berusaha sebisa mungkin mengikuti aturan belajar dari rumah. Ada anak yang belajar
di rumah saja, ada juga yang menumpang belajar dirumah kawan, karena tidak
punya Hp. Orang tua muridpun ada yang berusaha semaksimal mungkin membantu
anaknya belajar agar mendapat ilmu, nilai yang baik dan tidak tertinggal. Ada
yang sebisa mungkin mengutamakan membeli paket internet, ada juga yang meminjam
HP saudara. Bagi siswa yang telah mampu membaca, belajar memahami,
mengaplikasikannnya sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, tentu pembelajaran
dapat berjalan dengan lebih baik.
Namun kondisi
tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh oleh guru anak
Taman Kanak-kanak, yaitu anak usia 4
sampai 6 tahun. Dapat dilihat dari beberapa suara guru TK.
Permendikbud
No 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD, menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enama (enama) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Layanan PAUD
untuk usia 4 sampai 6 tahun terdiri atas TK (Taman Kanak-kanak), RA (Raudhatul
Athfal)/BA (Bustanul athfal) dan yang
sederajat. Setamat dari TK, anak akan melanjutkan ke SD, Dengan demikian
kurikulum TK menyiapkan anak untuk masuk SD.
Menurut
pendapat sebagian guru TK, pembelajaran saat pandemi ini antara lain adalah; 1)
Sebagian guru TK melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah
disusun sejak awal tahun pembelajaran. 2) Sebagian besar kelompok/kelas di TK
telah memiliki paguyuban dalam group WA, maka pembelajaran melalui WA berupa
pesan tertulis, voice note (pesan suara), foto, video. Ada juga yang melalui
youtube. Ada juga beberapa yang menggunakan zoom, namun hanya beberapa karena
tergantung dari kompetensi digital guru dan kesiapan orang tua. 3) Sebagian
guru TK telah memberikan lembaran kerja anak, buku gambar dan buku tulis,
crayon, spidol, untuk dibawa pulang dan dikerjakanny di rumah, 4) Dalam
menghadapi era revolusi industry 4,0, belum semua guru TK mampu mengoperasikan
penggunakan teknologi berupa HP, Laptop maupun computer untuk pembelajaran
secara online. 5) Sebagian guru TK memperoleh literasi digital secara otodidak,
ada yang belajar dengan kawan dan ada pula yang masih awam. Para guru TK berharap
agar mendapatkan pelatihan berupa literasi digital.
Sedangkan
proses pembelajaran online di TK mayoritas masih menemui kendala. Pada awal
pembelajaran secara online, respon dari anak maupun orang tua sangat
menggembirakan. Sekitar 75 % dari jumlah murid dalam satu kelas semangat
mengikuti. Tidak semua orang tua yang masuk dalam group WA memberikan respon
sesuai yang diharapkan. Kendala awal diantaranya, karena kesibukan, karena
ekonomi, “lebih baik membeli minyak atau beras dari pada membeli paket internet”.
Ada juga orang tua menganggap tidak belajar tidak masalah karena anak masih TK,
biarkan saja bermain. Sebagaimana kata mas Menteri Nadiem, berikanlah
kesempatan bermain bagi anak usia dini dengan cukup.
Setelah
berjalan beberapa minggu, hampir seluruh anak mengikuti pembelajaran online. Anak
memberikan respon dengan memberikan hasil karya, suara membaca doa, video, menyanyi
atau tahfiz, sesuai kesempatan mereka. Meskipun telah disampaikan aturan, namun
tetap saja anak kapan mau, mengirim kepada guru, dan gurupun tetap memberikan
apresiasi. Karena kondisi anak dan orang
tua terkadang memaksa guru harus menerima.
Pada pembelajaran
bulan berikutnya dan memasuki Romadhan, jumlah keikutsertaan anak belajar dan
respon orang tua mulai menurun. Lama kelamaan hanya beberapa anak yang aktif
mengikuti pembelajaran. Alasan umumnya adalah, anak sudah bosan, anak tidak mood,
dan orang tua pun memiliki kesibukan sendiri.
Guru TK pun
mulai mengalami kegalauan dalam memberikan evaluasi dan penilaian hasil belajar
dalam laporan perkembangan anak. Mengingat, pembelajaran pada anak TK bukanlah
sekedar baca tulis dan hitung, dengan nilai berupa angka 7 atau 8. Tapi lebih
kepada pembelajaran penanaman karakter. Karakter harus ditanamkan sejak usia
dini. Karakter mendengar dengan baik, disiplin waktu, mandiri, tanggung jawab,
mengetahui haknya, menghormati guru dan orang tua, peduli dan respek terhadap
keadaan, berbicara tidak berteriak, sabar dan antri serta karakter lain.
Penanaman karakter membutuhkan peran aktif dari orang tua.
Pembelajaran
di TK dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar, dan belajar melalui
bermain. Yang harus diutamakan bagi anak usia dini saat ini adalah menjaga
kesehatan. Akan tetapi, anak TK akan memasuki jenjang SD (Sekolah Dasar) maka belajar
mulai dibiasakan. Porsi belajar harus lebih besar daripada bermain. Namun
demikian pembelajaran tetap harus melalui bermain.
Koran Padang Ekspres, Selasa. 16 Juni 2020
Mwntwppp
BalasHapusMantap bund
BalasHapus