Senin, 30 November 2020



BELAJAR MENJADI GURU

KEPADA IBUNDA RAHMAH ELYUNUSIYYAH

DINIYYAH PUTERI PADANG PANJANG




Sosok perempuan yang sangat dalam ilmunya, mulia akhlaknya, kuat kepribadiannya, tinggi perjuangannya, semangat tekadnya, sehat jasmani rohaninya, cemerlang idenya, beliau adalah ibunda Rahmah el Yunusiyah. Pendiri sekaligus pimpinan pertama perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang - Sumatera Barat.

Sampai menjelang satu abad berdirinya Diniyyah puteri seakan belum ditemui tokoh seperti bunda Rahmah. Karena memang zaman dan situasi telah berbeda. Dedikasi beliau dalam menebar ilmu dan kepedulian terhadap kaum wanita sungguh luar biasa.

Sosok teladan bagi perempuan Minangkabau dalam menuntut ilmu yang tinggi, belajar dan berkarya. Ketinggian ilmu beliau tidak terikat oleh tempat dan waktu. Meskipun beliau tidak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, namun kiprahnya diakui oleh dunia.  Mendirikan sekolah Isalm bagi kaum puteri pertama di Asia bahkan dunia. hingga beliau mendapat gelar Syaikhoh dari Universitas Al-Azhar Mesir.

Didikan sang guru melekat kuat dalam batin dan pikiran beliau. Hal itu menjadi pengasah kecerdasan dan pengobar semangat beliau untuk mendobrak belenggu kaum puteri dari kebodohan dan ketertindasan zaman saat itu.

Tanggal 1 November tahun 1923 Bunda Rahmah mendirikan Almadrosatud Diniyyaah lil Banaat (sekolah Diniyyah Puteri), pada tahun 1924 beliau mendirikan Sekolah Menyesal.  Yaitu kursus singkat membaca huruf latin dan membaca Al-Quran bagi para ibu-ibu yang telah menikah namun tidak mampu tulis baca.

Tahun 1926 terjadi gempa di Padang Panjang yang menghancurkan bangunan Diniyyah puteri. Keadaan tersebut tak menjadikan beliau surut, namun justru membangkitkan semangat untuk membangun sekolah kembali yang lebih kuat dan permanen. Pertolongan Allah datang melalui kegigihan beliau mencari bantuan kaum muslimin dari berbagai daerah. Berdirilah bangunan asrama Diniyyah puteri yang masih kokoh, dan modelnya pun tetap dipertahankan hingga saat ini.

Saat para kaum perempuan Eropa menuntut gerakan emansipasi wanita (Vrouwenemancipatie), bunda Rahmah dengan berani menyampaikan prinsip beliau pada tahun 1934, bahwa dalam Islam tidak dibutuhkan gerakan tersebut. Dalam Islam telah ada kepastian hukum, Islam mengangkat derajat kaum wanita sama dengan kedudukan kaum pria.  Sebagaiman terjemah surat Al-Ahzab ayat 35: sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang  khusyuk, laki-laki dan perempuan yang  bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang  memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang  banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan bagai mereka pahala dan ampunan yang besar.

Diniyyah puteri terus berkembang dan semakin terkenal. Para santri datang dari berbagai penjuru. Tahun 1935 telah ada alumni Diniyyah puteri yang berasal dari kota Batavia. Dedikasi bunda Rahmah tetap menyala, tidak rela membiarkan kaum puteri berada dalam kebodohan, apalagi kekosongan. Pada tahun 1931 beliau mengadakan studi banding dengan mengunjungi sekolah-sekolah agama di pulau Jawa.

Pendidikan adalah jalan satu-satunya cara untuk memajukan pola berpikir, dan memerdekakan jiwa. Dalam terminologi Arab disebutkan, “An-nisau imadu al-biladi. Idza soluhat soluhati al-biladu. Waidza fasadat fasadati al-biladu”. Wanita itu tiang negara, jika baik wanitanya, maka tegak kokohlah negara, namun sebaliknya jika rusak kaum wanitanya, maka hancurlah negara. berkaitan dengan istilah tersebut, sangatlah relevan jika Diniyyah puteri hadir untuk mencetak penegak dan pengokoh negara dan bangsa.

Pada 1 Februari tahun 1937 bunda Rahmah mendirikan Kulliyyatul Muallimat el Islamiyyah (KMI), setingkat SLTA. Sebuah sekolah untuk mencetak calon guru/pendidik. Disamping belajar agama, pengetahuan umum, bahasa Arab dan bahasa asing, para santri juga dibekali ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, ilmu psikologi dan keterampilan wanita.

Bunda Rahmah el Yunusiyyah hidup dalam tiga zaman. Zaman koloinalisme Belanda, zaman pemerintahan Jepang, dan zaman Indonesia merdeka. Diniyyah puteri pun mengalami berbagai fase dan fungsi, bukan saja menjadi sekolah, namun juga sebagai dapur umum dan rumah sakit bagi korban perang maupun korban kecelakaan.

Bunda Rahmah turut berjuang dengan menyediakan kebutuhan makanan para prajurit. Beliau juga belajar ilmu Kesehatan berupa ilmu kebidanan. Disamping itu, beliau juga mempelopori berdirinya TKR (Tantara Keamanan Rakyat), pada 2 Oktober 1945.

Kehebatan beliau sebagai guru dalam mendidik, mencetak, menempa dan membentuk jiwa-jiwa para kaum puteri sebagai guru dan tokoh masyarakat, terlihat dari para alumni dan pimpinan sesudah beliau.

Diantara murid beliau adalah: Pimpinan Diniyyah puteri kedua, Ibunda Hj. Isnaniyah Saleh (1969-1990). Sosok yang gigih, tegas dan berpendirian kuat. Mendirikan PGTK yaitu sekolah bagi calon guru TK/PAUD pada tahun 1982. Sekolah yang mendalami betapa pentingnya fase golden age, yang harus ditangani oleh guru-guru yang berpendidikan agama, berpengetahuan luas dan terampil.

Ibunda Hj. Hasniah Saleh kakak dari ibu Isnaniyah Saleh, rumah beliau di Cisadane Jakarta, banyak sekali kitab dan buku-buku saat belajar di Diniyyah puteri yang berbahasa asing (Arab, Inggris dan Belanda). Ibunda Hj. Husainah Nurdin Pimpinan Diniyyah Puteri ketiga (1990-1996) sekaligus guru, juga sosok yang tinggi ilmu. Ibu Rasuna Said sebagai pahlawan nasional. Ibu Tinur M. Nur sebagai penyiar RRI tahun 1945 di Yogyakarta. Ibu Aisyah Amini anggota DPR/MPR RI tahun 1977-1997, pemimpin komisi Hankam selama 10 thun, dan tokoh politik Indonesia yang bergelar singa podium. Ibu Tan Sri Aishah Gani Menteri Sosial Malaysia tahun 1973-1984, Ketua wanita UMNO Malaysia tahun 1972-1984.

Alumni berikutnya adalah Ibu H. Halimah Syukur (pendiri dan pimpinan Diniyyah Puteri Lampung), Ibu H, Rosmaini, M.Pd. (pendiri dan pimpinan Diniyyah Al-Azhar Jambi), H. Surya Taher Lc (pendiri At Tahiriyah Jakarta), Ibu Hj. Ema Yohana (Anggota DPR RI), Ibu Nurhayati Subakat (pendiri kosmetik halal Wardah,) serta masih banyak tokoh masyarakat, dosen, dan guru yang memajukan  bangsa dan negara ini.

Perjuangan dan cita-cita bunda Rahmah yang terkenal itu, karena memiliki landasan idiil yaitu: 1) Al-Quran dan sunnah; 2) Memperjuangkan terciptanya suatu masyarakat islam yang berakhlak mulia dengan mengangkat derajat kaum wanita ke tempat yang sewajarnya sesuai dengan ajaran islam; 3) Cara beliau untuk mencapai cita-cita ialah dengan melalui Pendidikan dan dakwah; 4) Untuk pedoman dalam melaksanakan Pendidikan, beliau telah menggariskan tujuan pada perguruan Diniyyah Puteri.

Tujuan pendidikan Diniyyah Puteri tersebut adalah: membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengeabdian kepada Allah Subhanahu wa Taala. Tujuan tersebut pada selalu dibaca dan ditirukan setiap upacara dan setiap ada kegiatan organisasi. Agar para santri menyadari bahwa dengan bersekolah di Diniyyah puteri akan menjadi pendidik sejati.

Pengertian ibu pendidik dalam tujuan tersebut adalah: secara primer adalah ibu pendidik dalam rumah tangga (sesuai dengan fitrah wanita yaitu menjadi ibu rumah tangga); Secara sekunder yaitu ibu pendidik bagi murid-murid di sekolah bagi yang berbakat menjadi guru; Secara tertier adalah ibu pendidik dalam masyarakat yaitu menjadi pemimpin wanita (dalam organisasi atau Lembaga social) dan menjadi muballighat atau daiyah.

            Belajar menjadi guru atau pemimpin dari bunda Rahmah, banyak sekali yang dapat diteladani dari beliau. bunda Rahmah memiliki ide, cerdas, menginspirasi, mampu menggerakkan, terjun langsung, menjadi teladan bagi murid maupun anggota yang dipimpinnya.

Alumni Diniyyah puteri diharapkan membekali diri sebagai pribadi yang dapat mendidik dan memimpin diri sendiri, mendidik keluarga, mendidik murid dan mendidik masyarakat sebagai amanah beliau.

Pesan Bunda Rahmah kepada para murid beliau di antaranya adalah: “Guru itu harus tahu bahwa murid-muridnya membutuhkan yang “baik dan banyak”. Oleh sebab itu ia sendiri lebih dahulu mempersiapkan diri dengan yang lebih baik dan lebih banyak. Guru itu harus sanggup mencarikan gaya dan variasi dalam menerangkan pelajaran pada muridnya sehingga pelajaran itu menjadi hidup dalam pikiran jiwa murid-murid tersebut. Lakukan tugas mendidik itu dengan gembira, dan penuh kesabaran, serta dengan penuh kesadaran bahwa anda adalah dalam melaksanakan tugas suci yang dituntut oleh agama dan bangsa kita.


Mohon maaf jika ada penulisan yang salah di koran. Seratus abad, maksud saya satu abad.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar