Kamis, 21 Mei 2020

BELANJA BAHAN KUE




BELANJA BAHAN KUE
Hari ini putri belanja bahan kue. Seingat ibu telah lama ibu melatih anak-anak jika belanja harus punya planning, dan mengukur berapa budged yang ada. Agar belanja tidak asal beli, tanpa memikirkan keperluan pokok yang harus dipenuhi.
Bahan yang akan dibeli telah dicatat. Perkiraan ibu belanja hari ini hanya menghabiskan uang lima puluh sampai lima puluh lima ribu rupiah. Pergilah sang putri belanja membawa uang seratus ribu rupiah. Sambil menunggu kedatangannya, ibu mengerjakan tugas yang lain. Biasa, ibu-ibu, ada aja yang dikerjakan. Merapikan pakaian ini itu dan lain-lain sambil mendengar speaker tahfiz berisi taushiyah.
Datanglah sang putri. “ibu, kata ibu lebih kurang limapuluh. Ternyata nyaris seratus. Baiklah, kalau memang harganya segitu. Lalu ibu bertanya, ada atau tidak catatan harganya? “Ada”, jawabnya. Mungkin yang dia maksud ingat atau tidak harganya.
Dikeluarkanlah belanjaan satu demi satu. Ternyata tidak ada catayan harga. Saat ibu tanya satu demi satu, ia mulai galau, lupa berapa harganya. Namun ada barang yang dibeli di satu toko, dia ingat berapa uang dikeluarkan dan berapa uang kembali. Lalu dia hitung berap per satuan barangnya. Salah, ragu, kira-kira, lalu pas. Benar kemungkinan. Ada juga buah, kacang, kertas kue dan cetakan yang diingat harganya.
Tapi…
Ada barang yang lain yang dia tidak tahu harganya, tapi rasanya mahal sekali. Saat ditanya satu demi satu, blank. Lalu, ibu meminta agar dia kembali ke toko, dan menanyakan berapa harga barang yang dibeli. Hal ini harus dikerjakan, bukan untuk menghukum. Namun sebagai perempuan, putri harus tahu, harus teliti, harus hati-hati dalam belanja.
Putripun berangkat, diantar ayahnya. Sesaat ia kembali. Penjual di toko turut care, dan memberi catatan belanjaan. Sebenarnya, ada barang yang dipesan belinya seribu saja perbiji, jika dua maka dua ribu. Ternyata dia beli yang lima ribu perbiji dan dua sepuluh ribu. Lalu ada coklat yang dipesan panjangnya lebih kurang setengahnya jari kelingking, namun yang dibeli sepanjang jari telunjuk, dan agk besar. Tak apalah, mungkin itu yang ada. Yang penting dia belajar dan tahu, bagaimanan cara belanja yang baik.
Alhamdulillah, ada satu yang membanggakan saat dia akan membeli cetakan kembang goyang. Dalam pikiran dia harga sekitar limaribu atau limabelas ribu. Ternyata harga empat puluh ribu. Akhirnya ia tak jadi beli. Memikir sebelum membeli dilihat dari azaz manfaat, itu keren.
Kesimpulan, Alhamdulillah, putri menerima dengan senang hati pelajaran hari ini sebagai seorang gadis, ilmu tentang belanja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar