BELANJA BAHAN KUE
Hari ini putri belanja bahan kue. Seingat
ibu telah lama ibu melatih anak-anak jika belanja harus punya planning, dan
mengukur berapa budged yang ada. Agar belanja tidak asal beli, tanpa memikirkan
keperluan pokok yang harus dipenuhi.
Bahan yang akan dibeli telah dicatat.
Perkiraan ibu belanja hari ini hanya menghabiskan uang lima puluh sampai lima
puluh lima ribu rupiah. Pergilah sang putri belanja membawa uang seratus ribu
rupiah. Sambil menunggu kedatangannya, ibu mengerjakan tugas yang lain. Biasa,
ibu-ibu, ada aja yang dikerjakan. Merapikan pakaian ini itu dan lain-lain
sambil mendengar speaker tahfiz berisi taushiyah.
Datanglah sang putri. “ibu, kata ibu
lebih kurang limapuluh. Ternyata nyaris seratus. Baiklah, kalau memang harganya
segitu. Lalu ibu bertanya, ada atau tidak catatan harganya? “Ada”, jawabnya. Mungkin
yang dia maksud ingat atau tidak harganya.
Dikeluarkanlah belanjaan satu demi
satu. Ternyata tidak ada catayan harga. Saat ibu tanya satu demi satu, ia mulai
galau, lupa berapa harganya. Namun ada barang yang dibeli di satu toko, dia
ingat berapa uang dikeluarkan dan berapa uang kembali. Lalu dia hitung berap
per satuan barangnya. Salah, ragu, kira-kira, lalu pas. Benar kemungkinan. Ada juga
buah, kacang, kertas kue dan cetakan yang diingat harganya.
Tapi…
Ada barang yang lain yang dia tidak
tahu harganya, tapi rasanya mahal sekali. Saat ditanya satu demi satu, blank. Lalu,
ibu meminta agar dia kembali ke toko, dan menanyakan berapa harga barang yang
dibeli. Hal ini harus dikerjakan, bukan untuk menghukum. Namun sebagai perempuan,
putri harus tahu, harus teliti, harus hati-hati dalam belanja.
Putripun berangkat, diantar ayahnya. Sesaat
ia kembali. Penjual di toko turut care, dan memberi catatan belanjaan. Sebenarnya,
ada barang yang dipesan belinya seribu saja perbiji, jika dua maka dua ribu. Ternyata
dia beli yang lima ribu perbiji dan dua sepuluh ribu. Lalu ada coklat yang
dipesan panjangnya lebih kurang setengahnya jari kelingking, namun yang dibeli
sepanjang jari telunjuk, dan agk besar. Tak apalah, mungkin itu yang ada. Yang penting
dia belajar dan tahu, bagaimanan cara belanja yang baik.
Alhamdulillah, ada satu yang
membanggakan saat dia akan membeli cetakan kembang goyang. Dalam pikiran dia
harga sekitar limaribu atau limabelas ribu. Ternyata harga empat puluh ribu. Akhirnya
ia tak jadi beli. Memikir sebelum membeli dilihat dari azaz manfaat, itu keren.
Kesimpulan, Alhamdulillah, putri
menerima dengan senang hati pelajaran hari ini sebagai seorang gadis, ilmu
tentang belanja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar