Kisah Reza dan Surya
Adalah kisah seorang anak, sebut saja bernama Reza
(bukan nama asli) saat kehilangan buku tabungan, buku iqra' dan kartu SPP.
Padahal saat pulang kemarin, semua lengkap masuk dalam tas. Kemungkinan besar, saat menutup resleting
tasnya kurang sempurna, bisa jadi jatuh bukunya di jalan.
Kartu SPP ditemukan, dan diantar oleh tukang ojek ke
TK lain, karena mungkin disangka sama-sama sekolah di bawah yayasan angkatan.
Padahal berbeda. Tapi syukur, ibu gurunya menelpon bahwa ada kartu SPP yang
salah alamat. Akhirnya kartu SPP pun kembali.
Buku tabungan langsung diganti dengan yang baru oleh
ibu guru. Sedangkan buku iqra' belum diganti. Salah satu jalan menggantinya
adalah dengan dibelikan yang baru oleh orang tuanya. Bagi yang beragama Islam,
buku iqra termasuk kebutuhan primer di TK yang mengajarkan iqra’. Hampir setiap
hari anak-anak belajar mengaji membaca buku iqra'.
Buku iqra' Reza belum ada pengganti, namun ia ingin
terus mengaji. Sebelumnya dia sudah mengaji dengan meminjam buku iqra' milik
kawan. Kali itu hatiku trenyuh dan bersyukur. Saat Reza akan mengaji dan belum
meminjam punya teman, tiba-tiba Surya (bukan nama asli), datang mendekati.
"Reza, kamu iqra' berapa?" "Iqra 2." Jawab Reza. "Nih,
pakailah punyaku. Aku sudah iqra' 3." Surya menawarkannya.
MasyaAllah... Alhamdulillah... hatiku rasanya...
senaaaaaang sekali. Nggak terlukiskan apa yang kurasakan... Hiburan sekaligus
pelipur lara dari insiden sebelumnya, saat membersihkan butiran nasi atau rimah.
"Teman-teman, ayo sama-sama ibu guru, kita
membersihkan rimah yok... Butir demi butir nasi yang terserak, kita ambil,
supaya kelas kita bersih kembali. Beramal dengan tangan kita ya...". Seorang
anak datangm “bukan saya buk!". "Punya dia buk!" Sebagian anak
lain juga berkata demikian. Aku mendengar dan terus membersihkan dengan
anak-anak yang mau, dengan terus merenung mencari cara. Cara untuk menanamkan
karakter peduli, tanggap dan suka menolong.
Karakter tanggap dan peduli itu ringan diucapkan. Tapi
berat dalam mengenalkan, melatih dan membiasakan. Sedih dan heranku luar biasa.
Meski sudah sering diceritakan bagaimana anak yang peduli dan suka menolong,
masih ada juga anak yang menjawab demikian. Barangkali sering mendengar itu
dalam lingkungganya di rumah atau di temapat bermain. Begitulah pendidikan anak
usia dini, terus diulang-ulang, tanpa paksaan, dengan teladan, hingga menjadi
kebiasaan.
Tidak sampai disitu. Kembali tentang Reza.
Kemarin, saat Reza akan mengerjakan tugas di majalah,
memberi tanda pada gambar yang berbeda, Reza masih saja duduk di kursi. Belum
mengambil spidolnya karena masih menyelesaikan kegiatannya menghias gambar
dengan Teknik kolase. Sementara Surya sedang mengambil spidolnya dan berdiri
disebelah laci Reza. Tanpa dimintain tolong, dia bertanya kepada Reza.
"Reza, laci kamu dimana? Biar aku tolong ambilkan spidolmu..."
Alhamdulillah... seneng banget mendengar bahasa anak
seperti itu. Tanggap, peduli, suka menolong, sopan, menyayangi teman, dan
banyak lagi.
Pembelajaran pada anak usia dini lebih ditekankan pada
pengembangan aspek sosial emosional
berdasarkan nilai agama dan moral, sehingga dapat membentuk karakter.
Karena semakin besar anak, semakin bertambah usia, semakin luas pergaulan,
semakin banyak keinginan dan pengaruh, maka karakter semakin sulit dibentuk.
Selama belajar di TK atau PAUD, jika anak dapat
dibentuk dengan sikap yang baik, lalu tumbuh menjadi karakter, untuk perjalanan
menuju SD dan seterusnya, hal itu sudah lebih dari cukup. Adapun pembelajaran
tentang perkembangan aspek kognitif, bahasa, seni dan lainnya akan mengikuti
dengan sendirinya. Jika karakternya sudah tertanam, masalah belajar yang lain
akan lebih mudah.
Harapan seorang guru secara umum sama. Mendidik anak
memiliki akhlak mulia, karakter terpuji dalam hidup sehari-hari. Orang tua
menanamkan di rumah, guru menguatkan di sekolah, Terimakasih bapak ojek yang
mengembalikan buku, terimakasih ibu guru yang menelpon, yang telah memberikan
pelajaran tanggap, peduli dan suka menolong.
Kisah ini sangat terkesan, dan salut pada Reza, karena
dalam sehari hari Reza dan Surya jarang bermain berdua. Kejadian ini di Padang Panjang, pada tanggal 2
Februari 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar