Kamis, 25 Juni 2020

DOKUMENTASI LOCKDOWN PANDEMI COVID-19 DI MADINAH MUNAWWARAH




DOKUMENTASI LOCKDOWN PANDEMI COVID-19 DI MADINAH MUNAWWARAH
Setiap umat Islam bermohon kepada allah SWT, agar diberi karunia menyempurnakan rukun Islam sebelum ajal menjelang.
Menziarahi tanah suci MAKKAH MUKARROMAH, sebagai tempat sumber sejarah Islam.
Bertawaf mengelilingi Ka’bah, sa’i, solat, ruku’, sujud, beribadah lainnya mengaji dan mengagungkan Allah ta’ala.
Tempat menjalankan rukun Isalm kelima ibadah haji.

Makkah, sebuah lembah sepi, tempat Nabi Ibrahim meninggalkan keluarga dan menjalankan perintah agama. “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormat, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan solat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan mjudah-mudahan mereka bersyukur (Ibrohim, 14:37).

Makkah, kota tempat lahirnya junjungan umat Islam, Nabi besar Muhammad SAW, sebagai jawaban dari doa Nabi Ibrahim. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi maha Bijaksana (Al Baqarah, 2:129).

Banyak tempat yang memberikan arti dan refleksi, menjadi kekuatan untuk menyadari diri dari mana, untuk apa dan kemana tujuan diri dicipta.

Begitu juga berkunjung ke MADINAH MUNAWWARAH tanah suci kedua sesudah Makkah.
Umat Islam, para jamaah yang melaksanakan ibadah haji dan umroh, terutama yang berasal dari luar tanah suci dari seluruh penjuru dunia, akan selalu menyempurnakan dan menyempatkan ziarah ke Masjid Nabawi di Madinah Munawwarah.
Bahkan sebagian jamaah ada yang merasakan lebih damai, lebih nyaman dan lebih merasa aman di Madinah. Perasaan itu sebagai karunia Allah, yang menunjukkan tanda kemuliaan kota Nabi itu. Pada hakekatnya kedua tanah suci tersebut adalah tempat yang dimuliakan Allah dimuka bumi.

Namun bagaimanakah saat pandemic corona berjangkit?         
Mulai dari berita  1 orang yang terjangkit di Madinah, lalu diisolasi, dan semua warga mulai waspada. Sebagai seorang ibu yang memiliki anak atau saudara yang sedang menuntut ilmu di kota tersebut, ingin mendengar bagaimana keadaan dan pembelajaran berlangsung.
Akan tetapi pautan hati selalu ingin mendengarkan bagaiman keadaan tanah suci.
Air mata pun tiada mampu dibendung saat mulai masjid Nabawi ditutup karena lockdown. Rasa kepo terus menguasai terkait tanah suci. Apalagi saat bula suci Ramadhan,

Alhamdulillah, masih bisa mengikuti siaran live solat terawih di televisi. Akan tetapi itupun hanya di Masjidil Haram Makkah Mukarromah. Tidak bisa didapat siaran solat  terawih dari masjid Nabawi.
Menurut berita dari mahasiswa di Jamiah Islamiah Madinah, masjid Nabawi memang di tutup. Masyarakat hanya solat di rumah, dan mahasiswa hanya boleh solat di kamar/kampus, bukan masjid kampus.

Lalu berikutnya, saat seminggu usai Idul Fitri, mendengar bahwa masjid Nabawi telah dibuka dengan berbagai ketentuan protokol kesehatan di era new normal. Salah satunya jika tidak memakai masker maka akan didenda sekitar 4 juta rupiah.

Pagi ini, sebagaimana hari-hari sebelumnya, mendapat kiriman beragam video dari seorang guru yang sudah sepuh namun tetap energik,  Ustad Ali Rusydi  (alumni Gontor, alumni Universitas Timur Tengah). Beliau sendiri mendapat kiriman video dari teman beliau, Syeh Ziad As-Sukari, Masjid Nabawi Madinah.

Video kali ini terdorong hati untuk berbagi, video dokumentasi internasional masjid Nabawi. Keyakinan dihati, setiap muslim berharap dan rindu serta ingin tahu bagaiman sejarah lockdown hingga terbukanya kembali masjid Nabawi era new normal.
Semoga bermanfaat. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad, waala ali sayyidina Muhammad, kama shollaita ala Ibrahim wa’ala ali sayyidina Ibrahim. Fil’alamina innaka hamidunmajiid…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar