MENGENAL KONSEP DIRI ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bagian dari
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hakekat PAUD adalah untuk menanamkan
keimanan, pembiasaan sifat terpuji, pengembangan wawasan pengetahuan,
keterampilan dasar, potensi dan motivasi yang dimiliki anak (Mulyasa, 2012:45).
Di era milenial saat ini, pendidikan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan. Demikian juga permasalahan pada pendidikan anak
usia dini yang semakin komplek, seiring dengan perkembangan zaman dan segala
faktor yang mempengaruhinya. Lingkungan rumah, lingkungan bermain, sekolah, juga
perkembangan sains teknologi dan informasi turut menjadi faktor penyebab
munculnya permasalahan pada anak usia dini.
Kepribadian anak dibangun sejalan dengan
bertambahnya usia dan kehidupan sosial anak. Salah satu komponen pola
kepribadian menurut Hurlock adalah konsep diri. Konsep diri dibentuk melalui
komunikasi. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin
mencoba hal yang dianggapnya baru. Anak
berkomunikasi dengan orang lain dalam bersosial untuk mengembangkan dirinya. Komunikasi
yang didapat anak dapat berupa tanggapan, pertanyaan, jawaban, arahan,
pertolongan, motivasi atau pembiaran maupun ujaran kekerasan. Komunikasi yang
berlangsung akan membentuk pengalaman anak, yang lama kelamaan akan
membangun konsep diri mereka.
Menurut Carol (2006:88) konsep diri adalah
gambar mental yang dikembangkan mengenai diri sendiri. Hurlock menyebutkan, konsep
diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia. Ibarat bayangan cermin,
konsep diri ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain dan reaksi orang
terhadap dirinya, baik secara fisik maupun psikologis. Konsep diri mencerminkan
apa yang menurut anak adalah pendapat orang yang berarti dalam hidupnya tentang
dirinya. Sedangkan Puspasari (2007:43) konsep diri merupakan persepsi yang
dimunculkan melalui pengalaman pribadi yang dialami seseorang. Dengan demikian konsep
diri merupakan penilaian seseorang terhadap diri sendiri dan bagaimana ia
menyikapi dirinya sendiri berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan.
Pengembangan konsep diri merupakan proses. Proses
yang memakan waktu tidak sebentar, karena konsep diri bukanlah sesuatu yang
dibawa sejak lahir. Konsep diri anak
masih berubah-rubah. Ia memiliki tahapan dan akan berkembang sesuai waktu dan
situasi yang dialami anak. Pada tahap tertentu konsep diri akan stabil dan
menetap dalam berbagai situasi sepanjang waktu. William James mengatakan, manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya
sebagai objek manusia bisa mengembangkan sikap dan perasaan terhadap dirinya
sendiri. Dapat disimpulkan konsep diri anak terbentuk dari pengalaman dan
belajar sejak usia dini hingga dewasa.
Masa usia dini adalah masa emas yang sangat
tepat untuk menanamkan konsep diri anak. Pengalaman awal pada masa anak usia
dini dibentuk oleh orang-orang terdekat yaitu ayah, ibu, anggota keluarga,
teman dan lingkungan. Setelah anak memasuki lembaga PAUD, berikutnya guru dan
lingkungan sekoalh turut mengambil andil dalam pembentukan konsep diri anak. Dalam
proses pembentukan konsep diri, orang-orang terdekat disebut dengan particular
others. Sikap orang terdekat tersebut akan memengaruhi konsep diri anak.
Anak
usia dini yang memiliki pengalaman awal yang menyenangkan, aman dan penuh
perhatian, akan berakibat positif saat ia dewasa. Begitu juga anak yang
diajarkan secara tepat, anak akan mengembangkan sikap mampu berperilaku yang
benar dan baik, serta dapat membedakan perilaku yang benar dan yang salah.
Namun sebaliknya, jika anak pada masa usia dininya terganggu dan kacau, maka
akan terganggulah pada saat ia dewasa. Sebagaimanan penelitian Frued dalam Hurlock
(1978), menemukan bahwa diantara pasien dewasanya, banyak memiliki pengalaman
yang tidak membahagiakan pada masa kanak-kanak.
Konsep diri ada yang menguntungkan ada juga
yang merugikan. Untuk mendapatkan konsep diri yang menguntungkan maka anak
harus mendapatkan perlakuan dan sikap yang menguntungkan pula bagi anak. Orang
tua sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai yang menghargai harkat dan
martabat anak, tanpa membedakan tampilan fisik maupun kemampuan anak, menerima
anak apa adanya, menuntun dan melatih anak dengan kasih sayang dan sabar, juga
mengontrol keinginan, tanpa memaksa atau ujaran kasar dan tidak mengucilkannya.
Sedang konsep diri yang merugikan penyebanya adalah
jika anak merasa ditolak dan tidak dihargai. Kalimat negatif lebih mendominasi
dalam berkomunikasi di masa-masa awal kehidupan anak. Sebagaimana penemuan
Canfield pada 1982, bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatife
atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung. Jika
keadaan demikian berlangsung terus menerus, berakibat anak akan kesulitan
menerima dirinya yang akhirnya anak sering mengalami penolakan yang
mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk.
Dalam menghadapi anak usia dini di TK, guru
diharapkan memiliki pengetahuan karakteristik dan latar belakang anak. Tujuannya
agar guru dapat membantu mengembangkan konsep diri anak ke arah yang positif.
Informasi untuk mengetahui tentang perilaku anak, keluarga, lingkungan dan
teman bermain anak dirumah, dapat diperoleh melalui kegiatan saat pendaftaran
anak masuk TK, dalam kegiatan parenting di sekolah, konsultasi dengan orang tua
maupun kunjungan rumah.
Berikut beberapa contoh konsep diri anak usia
dini di TK. Pertama, seorang anak laki-laki suaranya merdu dan perkembangan
kognitifnya bagus. namun agak lambat dalam perkembangan motorik halusnya. Jika
hasil karya kawan lebih bagus, ia merasa tidak berharga, langsung sedih, bisa
menangis bahkan kadang-kadang sulit mengendalikan emosi. Kedua,
sebut namanya Ahmad, anak yang pendiam, mandiri dan bangga dengan hasil apapun dalam
membuat hasil karya atau membuat mainan. Tapi mengalami keterlambatan dalam meniru doa-doa atau lagu anak. Ahmad
tidak mengalami gangguan wicara, juga bukan tidak bisa bicara. Tapi sepertinya
ia belum pernah mendengar atau belum pernah mendapat stimulasi dalam hal
tersebut. Ketiga, Rudi, si sulung yang selalu dimanja dan dibela jika bersalah,
perkembangan kognitif dan bahasanya sangat bagus. Ia merasa berkuasa, sering
tiba-tiba menyakiti kawan, meskipun tak ada penyebab sebelumnya, tangan dan
kakinya sangat cepat melayang kepada kawan, agresif. Jika dinasehati guru,
menujukkan sikap melawan dan menolak, matanya melotot, wajahnya seakan
menakutkan. Keempat, seorang perempuan, yang katanya tidak pernah dimarah oleh
mamanya, selalu senyum dan ceria, saat bersalah atau mengambil barang teman pun
wajahnya polos, senyum, seperti tak bersalah. Namun sangat cekatan dalam
membantu dan merapikan alat bermain.
Dari beberapa contoh di atas, menunjukkan
bahwa anak-anak usia dini masih dalam proses pengembangan konsep diri.
Komunikasi guru dalam memberikan pengertian tentang keadaan diri dan kemampuan yang
dimiliki anak, menghargai kelebihan anak dan memberi pengertian bagaimana sikap
anak dalam bersosial, akan membantu mengembangkan konsep diri anak secara
positif dan menguntungkan bagi anak. Jika guru hanya menghargai anak yang pandai atau yang
sopan santun saja, lalu membenci, memarahi bahkan memberi hukuman kepada anak
yang membuat keributan atau mengganggu kawan di kelas, atau membiarkan saja, keadaan
tersebut akan menjadikan anak memiliki pendapat yang buruk tentang dirinya dan
akan membenci dirinya. Ia akan berperilaku agresif dan membenci kawan.
Konsep diri harus dikembangkan sejak usia dini.
Menurut Siegler dalam Carol (2006: 89), bahwa anak usia TK sudah harus
dikembangkan konsep diri mereka. Meskipun masih sulit anak-anak mengerti apa
yang menjadi ciri diri secara keseluruhan. Dari pendapat tersebut menunjukkan
bahwa Taman Kanak-kanak sangat tepat untuk mengembangakan konsep diri anak usia
dini, karena TK merupakan persiapan anak memasuki jenjang sekolah dasar (SD)
dan masa-masa berikutnya dalam kehidupan anak. Dengan demikian peran guru di di
TK sangat diharapkan dalam pengembangan konsep diri anak usai dini agar
berkembang positif dan menguntungkan bagi anak dan sosialnya.
Konsep diri yang ideal adalah gambaran
seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan. Jika konsep diri
anak dapat berkembang secara positif, maka anak akan bersikap positif terhadap
dirinya, menerima diri, percaya diri dan meningkatkan harga dirinya dan akan
berperilaku positif pula dalam kehidupan sosial baik keluarga, sekolah dan
lingkungannya. Konsep diri yang dikembangkankan sejak usia dini, akan
menjadi penghalang atau tameng pelindung bagi munculnya permasalahan anak dalam
diri, keluarga, dan sosial anak.
Diterbitkan pada koran PADEK, senin 23 Maret 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar