Sabtu, 11 April 2020

Konsep Diri Anak Usia DIni




MENGENAL KONSEP DIRI ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK

Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bagian dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hakekat PAUD adalah untuk menanamkan keimanan, pembiasaan sifat terpuji, pengembangan wawasan pengetahuan, keterampilan dasar, potensi dan motivasi yang dimiliki anak (Mulyasa, 2012:45). Di era milenial saat ini, pendidikan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan. Demikian juga permasalahan pada pendidikan anak usia dini yang semakin komplek, seiring dengan perkembangan zaman dan segala faktor yang mempengaruhinya. Lingkungan rumah, lingkungan bermain, sekolah, juga perkembangan sains teknologi dan informasi turut menjadi faktor penyebab munculnya permasalahan pada anak usia dini.
Kepribadian anak dibangun sejalan dengan bertambahnya usia dan kehidupan sosial anak. Salah satu komponen pola kepribadian menurut Hurlock adalah konsep diri. Konsep diri dibentuk melalui komunikasi. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mencoba hal yang dianggapnya baru.  Anak berkomunikasi dengan orang lain dalam bersosial untuk mengembangkan dirinya. Komunikasi yang didapat anak dapat berupa tanggapan, pertanyaan, jawaban, arahan, pertolongan, motivasi atau pembiaran maupun ujaran kekerasan. Komunikasi yang berlangsung akan membentuk pengalaman anak, yang lama kelamaan akan membangun  konsep diri mereka.
Menurut Carol (2006:88) konsep diri adalah gambar mental yang dikembangkan mengenai diri sendiri. Hurlock menyebutkan, konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia. Ibarat bayangan cermin, konsep diri ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain dan reaksi orang terhadap dirinya, baik secara fisik maupun psikologis. Konsep diri mencerminkan apa yang menurut anak adalah pendapat orang yang berarti dalam hidupnya tentang dirinya. Sedangkan Puspasari (2007:43) konsep diri merupakan persepsi yang dimunculkan melalui pengalaman pribadi yang dialami seseorang. Dengan demikian konsep diri merupakan penilaian seseorang terhadap diri sendiri dan bagaimana ia menyikapi dirinya sendiri berdasarkan pengalaman yang ia dapatkan.
Pengembangan konsep diri merupakan proses. Proses yang memakan waktu tidak sebentar, karena konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir.  Konsep diri anak masih berubah-rubah. Ia memiliki tahapan dan akan berkembang sesuai waktu dan situasi yang dialami anak. Pada tahap tertentu konsep diri akan stabil dan menetap dalam berbagai situasi sepanjang waktu. William James mengatakan, manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagai objek manusia bisa mengembangkan sikap dan perasaan terhadap dirinya sendiri. Dapat disimpulkan konsep diri anak terbentuk dari pengalaman dan belajar sejak usia dini hingga dewasa. 
Masa usia dini adalah masa emas yang sangat tepat untuk menanamkan konsep diri anak. Pengalaman awal pada masa anak usia dini dibentuk oleh orang-orang terdekat yaitu ayah, ibu, anggota keluarga, teman dan lingkungan. Setelah anak memasuki lembaga PAUD, berikutnya guru dan lingkungan sekoalh turut mengambil andil dalam pembentukan konsep diri anak. Dalam proses pembentukan konsep diri, orang-orang terdekat disebut dengan particular others. Sikap orang terdekat tersebut akan memengaruhi konsep diri anak.
Anak usia dini yang memiliki pengalaman awal yang menyenangkan, aman dan penuh perhatian, akan berakibat positif saat ia dewasa. Begitu juga anak yang diajarkan secara tepat, anak akan mengembangkan sikap mampu berperilaku yang benar dan baik, serta dapat membedakan perilaku yang benar dan yang salah. Namun sebaliknya, jika anak pada masa usia dininya terganggu dan kacau, maka akan terganggulah pada saat ia dewasa. Sebagaimanan penelitian Frued dalam Hurlock (1978), menemukan bahwa diantara pasien dewasanya, banyak memiliki pengalaman yang tidak membahagiakan pada masa kanak-kanak.
Konsep diri ada yang menguntungkan ada juga yang merugikan. Untuk mendapatkan konsep diri yang menguntungkan maka anak harus mendapatkan perlakuan dan sikap yang menguntungkan pula bagi anak. Orang tua sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat anak, tanpa membedakan tampilan fisik maupun kemampuan anak, menerima anak apa adanya, menuntun dan melatih anak dengan kasih sayang dan sabar, juga mengontrol keinginan, tanpa memaksa atau ujaran kasar dan tidak mengucilkannya.
Sedang konsep diri yang merugikan penyebanya adalah jika anak merasa ditolak dan tidak dihargai. Kalimat negatif lebih mendominasi dalam berkomunikasi di masa-masa awal kehidupan anak. Sebagaimana penemuan Canfield pada 1982, bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatife atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung. Jika keadaan demikian berlangsung terus menerus, berakibat anak akan kesulitan menerima dirinya yang akhirnya anak sering mengalami penolakan yang mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk. 
Dalam menghadapi anak usia dini di TK, guru diharapkan memiliki pengetahuan karakteristik dan latar belakang anak. Tujuannya agar guru dapat membantu mengembangkan konsep diri anak ke arah yang positif. Informasi untuk mengetahui tentang perilaku anak, keluarga, lingkungan dan teman bermain anak dirumah, dapat diperoleh melalui kegiatan saat pendaftaran anak masuk TK, dalam kegiatan parenting di sekolah, konsultasi dengan orang tua maupun kunjungan rumah.
Berikut beberapa contoh konsep diri anak usia dini di TK. Pertama, seorang anak laki-laki suaranya merdu dan perkembangan kognitifnya bagus. namun agak lambat dalam perkembangan motorik halusnya. Jika hasil karya kawan lebih bagus, ia merasa tidak berharga, langsung sedih, bisa menangis bahkan kadang-kadang sulit mengendalikan emosi. Kedua, sebut namanya Ahmad, anak yang pendiam, mandiri dan bangga dengan hasil apapun dalam membuat hasil karya atau membuat mainan. Tapi mengalami keterlambatan dalam meniru doa-doa atau lagu anak. Ahmad tidak mengalami gangguan wicara, juga bukan tidak bisa bicara. Tapi sepertinya ia belum pernah mendengar atau belum pernah mendapat stimulasi dalam hal tersebut. Ketiga, Rudi, si sulung yang selalu dimanja dan dibela jika bersalah, perkembangan kognitif dan bahasanya sangat bagus. Ia merasa berkuasa, sering tiba-tiba menyakiti kawan, meskipun tak ada penyebab sebelumnya, tangan dan kakinya sangat cepat melayang kepada kawan, agresif. Jika dinasehati guru, menujukkan sikap melawan dan menolak, matanya melotot, wajahnya seakan menakutkan. Keempat, seorang perempuan, yang katanya tidak pernah dimarah oleh mamanya, selalu senyum dan ceria, saat bersalah atau mengambil barang teman pun wajahnya polos, senyum, seperti tak bersalah. Namun sangat cekatan dalam membantu dan merapikan alat bermain.
Dari beberapa contoh di atas, menunjukkan bahwa anak-anak usia dini masih dalam proses pengembangan konsep diri. Komunikasi guru dalam memberikan pengertian tentang keadaan diri dan kemampuan yang dimiliki anak, menghargai kelebihan anak dan memberi pengertian bagaimana sikap anak dalam bersosial, akan membantu mengembangkan konsep diri anak secara positif dan menguntungkan bagi anak. Jika guru  hanya menghargai anak yang pandai atau yang sopan santun saja, lalu membenci, memarahi bahkan memberi hukuman kepada anak yang membuat keributan atau mengganggu kawan di kelas, atau membiarkan saja, keadaan tersebut akan menjadikan anak memiliki pendapat yang buruk tentang dirinya dan akan membenci dirinya. Ia akan berperilaku agresif dan membenci kawan.
Konsep diri harus dikembangkan sejak usia dini. Menurut Siegler dalam Carol (2006: 89), bahwa anak usia TK sudah harus dikembangkan konsep diri mereka. Meskipun masih sulit anak-anak mengerti apa yang menjadi ciri diri secara keseluruhan. Dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa Taman Kanak-kanak sangat tepat untuk mengembangakan konsep diri anak usia dini, karena TK merupakan persiapan anak memasuki jenjang sekolah dasar (SD) dan masa-masa berikutnya dalam kehidupan anak. Dengan demikian peran guru di di TK sangat diharapkan dalam pengembangan konsep diri anak usai dini agar berkembang positif dan menguntungkan bagi anak dan sosialnya.
Konsep diri yang ideal adalah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan. Jika konsep diri anak dapat berkembang secara positif, maka anak akan bersikap positif terhadap dirinya, menerima diri, percaya diri dan meningkatkan harga dirinya dan akan berperilaku positif pula dalam kehidupan sosial baik keluarga, sekolah dan lingkungannya. Konsep diri yang dikembangkankan sejak usia dini, akan menjadi penghalang atau tameng pelindung bagi munculnya permasalahan anak dalam diri, keluarga, dan sosial anak.
Diterbitkan pada koran PADEK, senin 23 Maret 2020.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar